Friday, April 27, 2012

Mommy's Letter


A boy,

*Aku tak pernah mempermasalahkan laki-laki atau perempuan, sebenarnya. Yang mana pun sama saja. Akan sama-sama selalu sedikit merepotkan dan menyita perhatian; akan sama-sama membahagiakan dan membanggakan apabila dididik dengan benar.

Kukecup keningmu lembut,

"Selamat datang di dunia, selamat datang di hidupku...sayang".

Jangan tanyakan bagaimana perasaanku. Kalau saja ada pilihan kata-kata yang jauh lebih tepat dari bahagia dan bangga, pasti sudah kuucapkan. Akhirnya sesosok bayi mungil yang sempat menempati rahimku selama sembilan bulan, hadir di dunia.

Tak bosan aku menatap wajah polosmu,

"Dunia ini tidak seindah yang kau bayangkan sayang, tapi jangan khawatir...ada aku".

Akan kukatakan padamu dari awal, I cant promise you that I will be a perfect mother, karena percayalah di dunia ini tidak akan ada yang sempurna. Tapi ini, peganglah janjiku. Semampuku aku akan selalu berusaha menjadi ibu yang terbaik untukmu.

Caranya?,

Akan kuberitahu cara pertama, sisanya nanti saja, toh aku juga tak mau kamu terlalu cepat menjadi dewasa. Ini mungkin akan sedikit membuatmu menghela nafas dan mengeluh di balik punggungku, tapi tak apa. Aku mengerti. Aku cuma hanya akan mengingatkanmu:

...Pray and be spiritual ...
...Be strong and tender at the same time...
...Mutual respect is the key to a good relationship...
..."Yes ma'am" and "yes sir" still go a long way...
...Take pride in your appearance, but never set it way too high...
...Save money when you're young because you're going to need it some day...
...Your knowledge and education is something that nobody can take away from you...
...Don't be a bully and don't ever start a fight, but if some idiot clocks you, fight back!...
...Play a sport. It will teach you how to win honorably, lose gracefully, respect authority, work with others, manage your time and stay out of trouble...
...Allow me to teach you how to use the dishwasher, oven, washing machine, iron, vacuum, mop and broom...
...The reason that they're called "private parts" is because they're "private". Please do not scratch them in public...
...Treat women kindly, don't ever take something away from a girl that you can't give back. And trust me, bring her flowers for no reason is always a good idea...
...Please choose your spouse wisely. My daughter-in-law will be the gatekeeper for me spending time with you and my grandchildren...
...Remember to call your mother because I might be a lot missing you.

Begini,

Mereka bilang, anak-anak yang baik dibesarkan oleh seorang ibu yang baik. Sekilas berpikir untuk menjadi baik hanya karena agar mereka menilaiku sebagai ibu yang baik juga?. Jangan. Kamu tidak perlu menjadi sempurna, karena aku pun tidak.

Go ahead!


Go do something new, stupid and crazy. U can do whatever you want and go wherever u wanna go. Tapi satu, baca baik-baik lalu terapkan semua yang tadi kuingatkan padamu. You will be surprise to see how a good man u will turn to be, someday.

Bukan untukku, bukan juga untuk mereka. Tapi untuk dirimu sendiri.

ps: such a bless to have you in my life,
     love, mom.

Wednesday, April 25, 2012

Bukan Untukku Menjadi Pintar

*Book: Number of printed sheets of paper fastened together in a cover, 
            -Oxford Dictionary-


Tak masalah, masih terbungkus kemasan plastik dengan rapi dan bersih di salah satu dari sekian banyak rak di toko buku. Tak perduli, walau sudah lusuh tersimpan dengan sedikit tertutup lapisan debu untuk beberapa waktu pada sebuah rak di ruangan bernama perpustakaan.

Aku tetap suka aromanya,

Bisa dibilang, sama halnya seperti aku menyukai petrichor, aroma khas yang tercium dari tanah; ilalang dan rerumputan setiap kali hujan telah turun. Iya, sangat menyukainya.

Tentang buku,

Penerbit, siapa yang menuliskan kumpulan kata-kata di setiap lembarannya pun, aku tidak pernah ambil pusing. Konyol rasanya, kalau memilih dan membaca sebuah buku hanya karena siapa yang menulis. Yang penting dari sebuah bacaan itu, nyawa yang terkandung dalam setiap rangkaian kata. Isinya, maksudku. Iya toh? paling tidak, itu menurutku.

Hmm...just hold that thought,

Jangan pikir kalau aku ini pintar, apalagi mendekati jenius, hanya karena di kali ini berbicara tentang aku dan buku. Jangan juga bayangkan keseharianku akan selalu kuhabiskan dengan duduk manis dalam ruang baca, mengenakan kacamata bingkai tebal, ditemani secangkir kopi hitam panas, membaca sampai habis sebuah buku tebal, dikelilingi tumpukan-tumpukan buku yang menunggu gilirannya untuk kubaca.

Jauh dari itu...

Kalau sekiranya kalian membaca agar menjadi pintar, sebaliknya aku tidak. Jangan juga disamakan dengan hobi, karena hobiku menulis, bukan membaca. I have this theory, i think i read just to keep my head busy. Rumit? mungkin saja.

Begini,

Ketika rintik hujan dibalik jendela yang kalian harapkan bisa mengalihkan pikiran dan membuat hati tenang malah meresonansi ingatan lalu, seolah-olah memperdengarkan lagu rindu......cobalah caraku.

Sunday, April 22, 2012

Waktu

Dear waktu,

Mengapa terburu-buru...

Memangnya, mau kemana kau akan membawa langkahmu pergi. Memangnya, apa yang sesungguhnya sedang kau kejar ingin kau gapai. Memangnya, siapa yang sudah berdiri manis menantimu di ujung jalan sana.

"Ini semua kan, pintamu", ujarmu membela diri.

Kubelalakan kedua bola mataku, mendengar jawabanmu. Dengan susah payah aku mencoba membuka kembali ruang ingatanku, mencari tau kapan tepatnya aku tanpa sadar pernah secara tidak langsung memintamu berlalu secepat ini. Tak berhasil kutemukan.

"Aku yang minta?", tanyaku lirih.

Kau tersenyum tipis, menggenggam jemari tanganku dengan lembut, lalu menatap kedua mataku dalam-dalam.

Dan ya, aku ingat sekarang...

Aku pernah bilang, kalau hanya waktu yang dapat sedikit demi sedikit menyembuhkan luka; hanya waktu yang perlahan-lahan bisa memudarkan kenangan pahit; hanya waktu yang akan membantu manusia memahami semua yang terjadi di dalam hidupnya; dan hanya waktu yang mampu tanpa permisi begitu saja menumbuhkan rasa cinta di hati.

Kutarik nafasku dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Kutatap matamu, kau hanya lagi-lagi tersenyum.

Aku mengerti sekarang...

Kau lakukan semuanya untukku. Agar lukaku dengan cepat dapat sembuh, agar semua kenangan pahitku dapat memudar dalam singkat, agar aku pada akhirnya mampu memahami semua yang pernah terjadi di hidupku, dan juga agar aku dapat kembali jatuh cinta.

Benar, bukan?.

Saturday, April 21, 2012

Friday #2

*We'll be just like Bonnie & Clyde

Bukan,

Bukan menghabiskan siang dan malam di jalanan, dipandu selembar peta usang mengendarai mobil tua, hinggap dari satu kota ke kota yang lainnya, menginap di penginapan dengan fasilitas seadanya. Bukan tentang berdua bekerja sama, dengan hanya sebuah senapan mainan, juga mengatasnamakan kesenangan, merampok setiap bank kecil atau mini market di ujung jalan masing-masing kota yang kita singgahi...

Bukan begitu.

Hey, tunggu. Jangan dulu berpikir kalau aku tidak bisa diajak susah payah. Sini, duduklah di sisiku, biar sejenak kuingatkan lagi apa yang membuat bonnie & clyde melintas di benakku.

"Kamu mau ga, menjalani hidup...berbagi tawa dan tangis, juga susah dan senang bersamaku?", tanyamu.

Aku tersenyum lalu mengangguk. Tak lama kemudian, sebuah cincin sederhana yang aku tau pasti kau pilih dengan sepenuh hati, melingkar cantik, pas sekali di jari manisku.

Kau tau,

Aku mengangguk bukan hanya sekedar mengangguk. Tapi karena memang dengan tulus, bersamamu aku mau menjalani setiap kemungkinan yang akan terjadi dalam hidup.

Bersama-sama memulai semuanya dari titik nol, sedikit demi sedikit perlahan menggapai satu persatu impianmu; impianku juga impian kita. Bersama saling mengingatkan, ketika mungkin salah satu dari kita berjalan di alur jalan yang salah. Saling menyemangati, disaat segala sesuatunya mulai terasa berada diluar batas kemampuan.

"Jangan khawatir, kita pasti bisa." yakinmu selama ini.

Iya, aku percaya. We will be just like Bonnie & Clyde, the best partner in crime ever.  Iya kan, sayang?.

Thursday, April 19, 2012

Berubaaah!!!

Berubah...

Baiklah, aku setuju. Aku mau.

Aku mau, perlahan-lahan meninggalkan flat shoes juga jeans biru usang dan t'shirt favoritku, lalu menukarnya dengan high heels dan mini dress atau rok pendek dengan blouse. Kalau perlu, kutambahkan lagi selendang dengan motif animal printed dan tas kepit mentereng sebagai pelengkap, untuk menggantikan tas selendang dan topi merah kumalku.

Aku mau, sedikit demi sedikit membiasakan diri setiap hari menghabiskan sebagian besar waktuku untuk hanya mematut diri di depan kaca. Memoleskan blush on, lipstik, eye liner, eye brow pencil dan mascara di wajahku, tidak lagi hanya sekedar bedak tabur dan lip balm. Jangan khawatir, rambutku juga akan kutata sedemikian rupa menyamai indahnya rambut para bintang iklan sampo yang ada di televisi. Tidak lagi hanya membiarkannya terurai lurus begitu saja.

Aku mau, bila memang harus menguras sebagian besar isi dompetku untuk dua atau tiga kali dalam seminggu pergi ke salon, juga ke pusat perawatan kulit. Sekedar untuk memanjakan kepala hingga ujung kedua telapak kakiku. Akan kugantikan posisi novel dan kaset dvd koleksiku yang bertumpuk di rak kamar, dengan produk-produk perawatan kulit, badan dan rambut juga kuku.

Itu janjiku.

Aku mau berubah. Untukmu. Selama kamu juga mau berubah. Untukku.

Begini,


Kulit putih bisa menjadi hitam atau merah bila terbakar sinar matahari. Rambut hitam perlahan akan memutih seiring berjalannya waktu. Gigi pun satu persatu akan tanggal termakan usia. Kulit yang tadinya kencang pasti juga akan mengeriput. Badan yang semula tegap dan gagah, lama-lama akan lemah tak berdaya pada waktunya.

Maka, tidak. Oh, tidak..tidak..tidak..aku tidak akan meributkan penampilan.


Kau tau, aku tidak akan meminta banyak. Tidak akan meminta yang sesungguhnya tidak mungkin tidak bisa kamu lakukan. Cukup satu permintaan. Tidak lebih, tidak kurang, tidak macam-macam.

Bagaimana bila, kuminta kamu untuk mulai memutar otak dan hatimu ke arah yang sama?.

Itu saja.

Jadi bagaimana, menurutmu?.

Sunday, April 15, 2012

*R

"How is she?", tanyanya tentangku.

Kucubit pipi kananku. Sakit. Memang tidak kucubit terlalu keras, asal cukup untuk memastikan kalau aku sedang tidak bermimpi. Dan ya, aku memang tidak sedang bermimpi. Bagus.

Mari,

Sejenak kubawa kalian kembali ke beberapa waktu yang lalu. Ke satu bulan yang lalu. Saat pertama kali aku bertemu dengannya. Dengan dia yang ternyata tanpa kusangka diam-diam menanyakan kabarku, menanyakan siapa aku kepada sahabatku.

Dia, yang membuatku pada akhirnya percaya kalau love at the first hello itu ada dalam skala satu banding seribu.

It was Saturday evening i believe. A cold one indeed. A friend of mine asked me joining this barbeque party. Thats how i met him for the first time. In a barbeque party, he was there...

Satu kata saja, 'mempesona'.

Bukan karena postur tubuhnya yang menjulang tinggi dan sangat proporsional untuk ukuran laki-laki dewasa yang kebetulan datang dari sebuah kota bernama Manchester. Bukan karena biru kedua bola matanya yang seketika saja membuatku tetiba membeku saat pertama kali bertukar sapa dengannya. Bukan juga karena dia kebetulan adalah seorang pimpinan cabang sebuah institusi pendidikan yang cukup terkemuka.

Bukan...

Semuanya. Karena senyum hangatnya yang tulus saat kami bersalaman saling memperkenalkan diri. Karena kesederhanaannya dalam bersikap dan bertutur kata. Karena sopan santunnya dalam memperlakukan orang-orang disekelilingnya. Karena kecerdasannya, yang tanpa perlu ditunjukkan juga sudah terlihat dengan sendirinya.

Iya, lucu. Untuk pertama kalinya, aku yang selalu menganggap kalau cinta tidak bisa muncul begitu saja, ternyata tidak sengaja telah jatuh cinta. Rasanya? menyenangkan, tentu.

~somehow there'll be this time when we just fall in, unconditionally in love even with a stranger~ 

*R

Saturday, April 14, 2012

Sekilas Kembali

Kumatikan mesin mobilku,

Entah belum atau tidak kuputuskan untuk turun dari mobil. Kedua lututku bergemetar sebegitu hebatnya. Jantungku berdegup sebegitu cepatnya. Tanpa kusadari, kedua telapak tanganku tetiba berkeringat.

Kutatap rumah itu dari balik kaca samping. Kutarik nafasku kuat-kuat lalu kuhembuskan dengan perlahan.

Akhirnya,

Belum sempat kututup pagar depan, sebuah pelukan kuat dan derai tangis disertai senyum hangat sudah menyambutku dengan tiba-tiba. Kutahan air mataku agar tidak mengalir, sebisa mungkin aku hanya ingin tersenyum. Kepada mereka. Mereka yang sempat menjadi bagian dari hidupku, dan saat ini sedang ada di hadapanku.

Aaaaaaahhh.....aku rindu mereka, sungguh.

Sudah lebih dari dua belas bulan berlalu. Aku kira akan sudah banyak yang berubah, tapi ternyata tidak. Semua masih sama saja. Rumah itu masih terasa sunyi sedingin biasanya. Kebiasaan-kebiasaan mereka juga masih seperti saat aku menjadi bagian dari mereka dulu. Satu-satunya perubahan yang kentara terlihat, adalah mereka tampak jauh lebih...entahlah, tua mungkin. Sama seperti ibu dan bapak di rumah.

Hari ini cukup hanya berbagi cerita dan tawa, tidak lebih. Itu memang yang kuharapkan.

Iya,

Hari ini aku hanya ingin sekilas kembali ke masa lalu. Melepas rindu, yang tidak pernah tidak kurasakan. Berbagi cerita baru, sekedar isyarat bahwa aku baik-baik saja.

...

Kupandangi rumah itu sebelum pergi. Entah kapan, tapi suatu saat nanti aku pasti akan kembali kesana. Untuk apa? aku juga belum tau, tapi yang pasti, aku akan kembali.

Nanti,

Friday, April 13, 2012

Friday #1

*being your personal alarm

Bukannya kamu tidak suka bangun pagi, kamu hanya sedikit lebih susah untuk dibangunkan pagi-pagi.

Alarm jam di kamar maupun di ponsel tidak pernah tidak berbunyi di setiap pukul lima untuk mengingatkanmu sembahyang Subuh, kemudian siap-siap ke kantor. Tapi rupanya, masih kurang ampuh untuk bisa membuatmu membuka mata lebar-lebar dan beranjak turun dari tempat tidur.

"Sebentar lagi...aku masih ngantuk", tuturmu selalu sambil menarik selimut menutupi wajah.

Tak apa,

Tak perlu khawatir aku akan merasa kesal karena jawabanmu. Tanpa pernah kau tau, membangunkanmu di setiap pagi sudah menjadi kegiatan favoritku dalam memulai hari.

Membangunkanmu...

Tidak harus menarik kembali keras-keras selimut yang menutupi sekujur tubuhmu. Tidak harus diam-diam membawa segelas air, untuk sedikit demi sedikit kuteteskan di wajahmu. Tidak harus dengan sekilas berteriak di telinga, memanggil namamu.

Hanya perlu...

Mematikan lampu kamar tidur, lalu membuka tirai jendela. Menyalakan televisi, memutar saluran berita pagi favoritmu. Iya maksudku benar-benar berita, bukan sekedar acara gosip murahan. Menaruh secangkir kopi hitam panas tidak terlalu manis tepat di atas meja samping tempat tidur. Sengaja membiarkan aromanya perlahan mengusik indera penciumanmu. Mengusap kemudian mengecup dahimu pelan.

And it works. All the time, as always. A perfect way just to wake you up .

"Selamat pagi sayang...", bisikmu.

Thursday, April 12, 2012

*Hai

Butuh beberapa waktu untukku berdiri kaku dulu di depan ruanganmu, hingga akhirnya kuputuskan untuk mengetuk pintunya. Seperti yang sudah kuduga, engkau disana. Sudah cukup lama duduk di kursi favoritmu menanti kedatanganku.

Aku sedikit terlambat, maaf.

Aku mencari raut kekesalan di wajahmu yang mungkin saja ada karena keterlambatanku. Tapi tidak ada, tidak dapat kutemukan disana. Seperti biasanya, engkau selalu tersenyum. Menyambutku. Mempersilahkanku masuk dan duduk.

Aku merasa semakin kecil dihadapanmu.

Tanpa banyak kata, engkau menatapku. Seolah-olah memberi tanda bahwa tanpa perlu ada satu patah terucap dari bibirku pun, engkau sudah tau apa maksud kedatanganku.

Aku mengangguk pelan...

Sempat berpikir kalau kau sedang menghukumku. Tapi tidak, tidak lagi. Sekarang aku memahaminya, sumgguh. Ini semua adalah caramu menyayangiku, caramu melindungiku.

Jangan,

Aku mungkin memang akan sedikit banyak lebih bebal dari orang lain. Aku mungkin juga akan sedikit tidak peka bila dibandingkan dengan yang lain. Aku bahkan mungkin akan sangat jauh lebih susah untuk kau ingatkan dan kau atur. Tapi jangan. Jangan lelah untuk mengingatkanku. Jangan cepat menyerah untuk menghadapiku.

Jangan.

Aku janji tidak akan lagi keras kepala...tidak akan lagi buta hati...aku janji, sungguh. Aku janji.

Sunday, April 08, 2012

*Unleash

#kamu
Aku rasa sudah saatnya melepaskan.
Tidak perlu lagi kau habiskan waktumu untuk menjagaku. Memapahku saat aku tertatih-tatih karena merasa sudah terlampau letih tak mampu lagi berjalan. Membantuku kembali berdiri sesaat setelah aku terjatuh karena memilih untuk terbang terlalu tinggi. Meminjamkan bahumu sebagai tempat kusembunyikan isak tangis buah kebodohanku sendiri. Mengulurkan tanganmu bahkan sebelum aku sempat menyebut namamu dan mengucap kata tolong...

#kamu
Aku rasa ini waktu yang tepat untuk berhenti.
Berhenti datang dan pergi di hidupku sesuka kakimu dan sekehendak hatimu. Membanjiriku dengan kata maaf dan sesal hanya sebatas tulisan di layar ponsel pintar. Mendatangiku sekedar untuk sadar tak sadar membawa kembali cerita pahit yang membuka kembali luka masa lalu. Meninggalkanku dengan beribu pertanyaan tanpa ada satupun yang terjawab...

RIBET...!?!

RIBET!!!

RIBET!!!

RIBET!!!

Teriakmu berulang-ulang sambil menginjak pedal gas mobil dalam-dalam, dan sesekali menghentakkan tangan kananmu dengan keras di kemudi. Sekilas kau tatap aku dengan tatapan tajam, hangat matamu menghilang begitu saja.

Kamu marah,

Rentetan kata-kata keluar satu persatu sambung menyambung berderetan dari mulutmu. Aku bisa mendengarnya, karena semuanya terucap dengan keras. Tidak ada satupun yang bisa aku mengerti, semuanya kau ucap terlalu cepat.

Kamu sedang marah.

...

Salahku.

Karena aku yang entah kenapa di kali ini memilih untuk hanya menggunakan emosiku tinimbang logikaku dalam menanggapi kedatanganmu. Karena aku yang di kali ini pada akhirnya mempunyai keberanian untuk meminta penjelasan alasan kedatanganmu. Karena aku yang di kali ini untuk pertama kalinya merendahkan harga diriku menerima ajakanmu untuk bertemu.

Aku yang tanpa kau tau sedang berusaha mencari tau kemana arah yang harus kuambil di akhir nanti, malah kau anggap 'ribet'.

Kau tau,

Setidaknya aku tidak lagi hanya menerima...

Setidaknya aku tidak lagi hanya menunggu...

Tapi kau tak tau.

RIBET!!!

RIBET!!!

RIBET!!!

Teriakmu terus menerus...

Andai saja kamu tau. Semua ketidak stabilanmu dalam bersikap juga sering membuatku 'ribet'. Iya, andai saja kamu juga tau. Atau paling tidak, menyadarinya sedikiiit saja.

Sedikiiit saja...

Saturday, April 07, 2012

First Lie

Sengaja kubuka besar-besar keran air di kamar mandi. Agar berisiknya suara air yang mengalir keluar, bisa mengalahkan kerasnya suara tangisku. Agar bapak; ibu juga Lintang tidak dapat mendengar pilu isakku. Aku tidak butuh pelukan atau nasihat juga hiburan.

Disaat seperti ini, aku hanya butuh sendiri.

Jangan tanya di pojok kamar mandi sebelah mana tempatku menangis saat ini. Percayalah, akan selalu ada tempat nyaman untuk menangis di kamar mandi. Percayalah.

Ingatanku kembali kepada isi pesan singkat yang kamu kirimkan padaku pagi ini. Iya, aku lupa mengabarimu tadi malam. Uhm, pura-pura lupa sebenarnya.

"How was last night?", pesan singkat pertanyaan darimu.

"I didnt go", jawabku.

Dalam kurun waktu tahunan kita saling mengenal, itu merupakan kebohongan pertamaku padamu. Dan aku, menyesalinya.

"Really? good girl", balasmu lagi.

Kau tau, memilih berbohong kepadamu itu, rasanya sakit. Sakitnya jauh melebihi rasa sakit ketika dia pergi meninggalkanku lagi untuk yang kesekian kalinya karena alasan yang sama. Tapi entah kenapa, tetap saja kulakukan.

So, here i am for the first time telling you a lie.

Maaf..

0604

"I would love to say No...but somehow people change and destiny speaks", ujarmu pelan.

Damn!, teorimu salah.

Teori itu tidak berlaku sama sekali untukku. Atau mungkin belum, entahlah aku tak tau. Tapi yang pasti benar adalah, nasihatmu untukku agar tidak pergi malam itu. Sayang, aku menutup kedua telingaku, berpura-pura tidak mendengarkanmu bicara.

Aku tetap pergi, dan seperti biasa menemukan kenyataan. Ya! lagi-lagi apa yang kamu juga mereka bilang, selalu benar. Kau dengar?. Iya, kamu dan mereka selalu benar.

Selalu.

Kupacu cepat mobilku malam itu. Kulirik jam tanganku, sial! jam 2 pagi. Kalau saja aku tidak tau malu, aku tak akan peduli, akan kuketuk pintu coklat kayu rumahmu. Mencarimu untuk hanya sekedar meminta satu pelukan. Tapi untungnya, sebesar apapun emosiku malam itu, aku masih tetap bisa tau diri. Untuk tidak bertamu di pagi buta.

Kumatikan mesin mobilku, pinggiran jalan tol memang tempat yang pas untuk, katakanlah berpikir. Walau menurutku, istilah yang seharusnya kugunakan adalah melamun.

Hhhhhhmmmm......

Seperti film yang sengaja diputar mundur, aku mencoba menelaah kembali apa yang terjadi. Aku tersenyum tipis, kuakui itu salahku, aku tak akan berkelit. Tapi dia juga salah, ya sudahlah. Siapa yang mau kubohongi, aku mengenal dia, seharusnya aku mengerti.

Kunyalakan mesin, kulajukan kembali mobilku.

Bukan. Bukan ke rumahmu untuk meminta sebuah tepukan di pundak dan kata-kata penghibur hati, bukan juga ke rumahnya untuk meminta maaf sekaligus mengucap perpisahan.

Kali ini, aku mau pulang.

Thursday, April 05, 2012

Jealousy

"I will pack you lunch and make you dinner..."

Tulisku tanpa pikir panjang, tidak juga pernah mengharapkan ada komentar yang muncul dari siapapun, terutama darimu.

Tak lama kemudian,

"Cemburu..."

Itu komentarmu untuk satu kalimat yang sebenarnya kutulis tanpa maksud apa-apa dan juga kutujukan bukan untuk siapapun.

Untuk dia? hhhmmm...

Kalau sudah berurusan denganmu, urat syaraf emosiku rasanya tetiba saja terasa lumpuh. Mendadak tidak tau kapan harus tertawa, kapan harus marah atau bingung. Aku hanya bisa diam, seringnya sambil menggaruk kepalaku yang demi Tuhan! padahal tidak terasa gatal sama sekali.

Cemburu...

Aku sempat tertawa lirih, sekilas setelah membaca komentarmu. Aku tidak habis pikir. Kenapa harus kamu merasa cemburu kepadanya. Aku memperlakukan dia sama seperti aku memperlakukanmu dulu. Satu-satunya yang berbeda adalah, dia menghargai apa yang aku lakukan untuknya. Sedangkan kamu? tidak.

Kau tau,

Iya. Aku diam-diam suka perhatianmu yang belakangan ini muncul kembali. Aku diam-diam tertawa sinis saat tau ada kata-kataku yang meninggalkan sayat dihatimu. Aku diam-diam menikmati setiap kata 'maaf' dan 'sesal' yang kamu ucapkan kepadaku. Aku akui itu semua.

Tapi, tidak!...

Aku menolak. Aku menolak untuk kembali masuk ke dalam ruangan itu lagi.

Ive had enough. I did my part! I already had my battle. If there will be another battle to come, I refuse to be a part of it. If there is another fight to come, its not my fight anymore, its yours. I am done.



Tuesday, April 03, 2012

FUN

Saat secangkir teh hangat tak terlalu manis sudah tidak lagi ampuh menenangkan hati, itu artinya memang ada sesuatu yang salah. Yang tidak seperti biasanya.

'sudah tidak lagi',

Hmm,

Menghabiskan waktu berkumpul di cafe atau restoran dengan teman dan sahabat, sekedar untuk minum kopi dan menikmati cemilan sambil berbagi cerita saat sore menjelang malam, 'sudah tidak lagi' semenyenangkan yang lalu-lalu. Bukan membosankan. Hanya sudah tidak lagi terasa sebegitu menyenangkan seperti biasanya. Itu saja.

Menerima ajakan pergi dari seseorang tanpa harus lebih dahulu memikirkan akan ada atau tidak ada yang terluka, 'sudah tidak lagi' bisa dilakukan. Bukan tidak bisa maksudku, tapi tepatnya, tidak boleh. Ya, aku rasa seperti itu.

"when having fun is no longer feels fun, then its time to grow up"

Ya...

Aku rasa, aku sudah terlalu lelah untuk hanya bersenang-senang. 

Itu saja.