Saturday, April 07, 2012

0604

"I would love to say No...but somehow people change and destiny speaks", ujarmu pelan.

Damn!, teorimu salah.

Teori itu tidak berlaku sama sekali untukku. Atau mungkin belum, entahlah aku tak tau. Tapi yang pasti benar adalah, nasihatmu untukku agar tidak pergi malam itu. Sayang, aku menutup kedua telingaku, berpura-pura tidak mendengarkanmu bicara.

Aku tetap pergi, dan seperti biasa menemukan kenyataan. Ya! lagi-lagi apa yang kamu juga mereka bilang, selalu benar. Kau dengar?. Iya, kamu dan mereka selalu benar.

Selalu.

Kupacu cepat mobilku malam itu. Kulirik jam tanganku, sial! jam 2 pagi. Kalau saja aku tidak tau malu, aku tak akan peduli, akan kuketuk pintu coklat kayu rumahmu. Mencarimu untuk hanya sekedar meminta satu pelukan. Tapi untungnya, sebesar apapun emosiku malam itu, aku masih tetap bisa tau diri. Untuk tidak bertamu di pagi buta.

Kumatikan mesin mobilku, pinggiran jalan tol memang tempat yang pas untuk, katakanlah berpikir. Walau menurutku, istilah yang seharusnya kugunakan adalah melamun.

Hhhhhhmmmm......

Seperti film yang sengaja diputar mundur, aku mencoba menelaah kembali apa yang terjadi. Aku tersenyum tipis, kuakui itu salahku, aku tak akan berkelit. Tapi dia juga salah, ya sudahlah. Siapa yang mau kubohongi, aku mengenal dia, seharusnya aku mengerti.

Kunyalakan mesin, kulajukan kembali mobilku.

Bukan. Bukan ke rumahmu untuk meminta sebuah tepukan di pundak dan kata-kata penghibur hati, bukan juga ke rumahnya untuk meminta maaf sekaligus mengucap perpisahan.

Kali ini, aku mau pulang.

No comments: