Wednesday, September 18, 2013

Seharusnya Sempat

Berapa,

Yang kamu butuhkan untuk merias diri?

Ketika akan bertemu sang kekasih hati, berkumpul dengan para sahabat karib, atau saat akan melangkahkan kaki keluar rumah hanya untuk sekedar berpelesir...

8?

19?

32?

Berapa yang kamu butuhkan untuk mencari materi demi memuaskan nafsu diri yang padahal tidak akan bisa dibawa mati...

Mingguan?

Bulanan?

Tahunan?

Berapapun itu. Akan selalu kamu usahakan ada.

Coba,

Bagaimana dengan untuk mengetuk pintu-nya...

Pintu Sang Maha. Pencipta bumi dan isinya dimana kamu berdiri. Pemilik jiwa dan ragamu yang bisa kapan saja mengambil lagi kembali miliknya.

Sempatkah kamu meluangkan waktu untuk mengetuk pintu-Nya?.

Seharusnya sempat.

Monday, September 16, 2013

Rinduku Untuk Mereka

Hanya terpisah jarak tempuh...

Namun masih berada di ruang waktu yang sama.

Lalu mengapa rasanya sulit sekali untuk hanya bertatap muka dan bertukar pelukan hangat, juga berbagi gelak tawa.

Warna-warni...

Hangat...

Cinta...

Aku dengan mereka.

Tidak lagi ada sapa walau hanya sekedar basa. Tidak ada lagi canda yang diam-diam membalut rindu.

Cuma ada aku, disini dan ada mereka, disana.

Tapi tidak apa-apa...

Ada Sang Maha, yang melindungi semua tersayang yang tidak tertangkap jarak pandang.

Aku rindu kalian...selalu.

Panjang Pendek

"Terusannya gimana? ituuu loh...ceritanya itu, akhirnya gimana?".

Kira-kira begitu sebagian besar pertanyaannya...

"Bebas aja,".

Cuma itu jawaban yang bisa saya kasih buat mereka yang bertanya...

Saya lebih suka menulis tulisan yang tidak panjang. Cukup satu momen tertentu saja, dibumbui sekelibat kilas balik awal cerita atau latar belakang si tokoh.

Begini,

Saya tipe yang percaya kalau pilihan kata dan gaya tulisan sebuah cerita itu sedikit banyak mencerminkan pribadi si penulisnya.

Iya,

Silahkan anggap saya sok tahu. Tapi bukannya setiap penulis dan tulisannya pasti punya ciri khas masing-masing ya?. Yang membuat penikmat tulisan berbisik, "ini si B banget tulisannya".

Ah, lagi-lagi saya sok tahu. Tapi itu sekedar pendapat saja.

Nah,

Kembali lagi ke pertanyaan bagaimana akhir setiap cerita yang saya tulis. Maka jawaban saya, ya biar yang  membaca yang menentukan, mau berakhir seperti apa ceritanya.

Karena,

Buat apa membaca sekedar membaca tanpa melebur menjadi satu dengan apa yang dibaca.

Itu inti dari membaca, bukan?

Sunday, September 15, 2013

Dekat

Dekat,

Bukan berarti selalu bisa duduk berdampingan sambil berangkulan, belum tentu selalu dapat saling tertangkap jarak pandang masing-masing...

Juga tidak selalu harus memiliki.

Dekat,

Selama masih berpijak di bumi yang sama, dinaungi hamparan awan yang sama, melihat jingga yang sama...

Selama hati merasakan rasa yang sama,

Dekat.

Friday, September 13, 2013

Nenek Bilang,

Nenek bilang,

"Negeri kita ini kaya Neng, mau buah atau sayur tinggal tanam; rawat; petik, nggak bakal habis sampai nanti untuk anak; cucu dan cicitmu".

Hening...

Kalau nenek masih ada, saya nggak bisa ngebayangin dia bakal sesedih apa, begitu tau sekarang ini kacang kedelai buat bikin tahu dan tempe saja harus impor.

Hatinya pasti patah...

ps: anak, cucu, cicitku sayang...semoga masih tersisa udara yang segar; buah dan sayur di kebun juga ikan dan tiram di lautan, juga 'hati' dan 'rasa bangga' untuk kalian nanti.

Thursday, September 12, 2013

Yang Pergi

Dia pergi,

Sudah lama pergi.

Tepatnya sejak di malam itu. Malam terakhir kami bertemu saat dia mengantarkan undangan pernikahannya untukku.

"Datang ya..."

Ujarnya pelan sambil tersenyum. Aku mengangguk, menerima kartu undangannya dengan tidak mungkin tanpa senyum.

Bahagia kah dia?.

Bah!.

Bicara apa aku ini. Tentu saja dia bahagia. Dia harus bahagia. Dia akan bahagia.

Lihat dia hari ini...

Terlihat begitu bercahaya di pelaminan sana. Menyambut kedatanganku dengan hangat. Membalas pelukanku dengan begitu eratnya.

"Terimakasih...sudah datang",

Suaranya terdengar sedikit bergetar di telinga kiriku. Dia membebaskan pelukanku kemudian mengusap tanganku pelan lalu melepasnya. Dengan senyum.

Iya...

Kali ini dia yang pergi.

Untuk selamanya.

Aku berjalan, perlahan menghilang dibalik keramaian tamu-tamu undangan lainnya. Sudah tidak bisa berbalik lagi.

"you are the best",


Yang Datang

Dia datang,

Benar-benar datang di hari pernikahanku...

Menepati janji yang dia ucapkan padaku di malam terakhir kami bertemu. Iya, malam terakhir itu. Malam disaat aku mengantarkan undangan pernikahanku untuknya.

"Aku pasti datang",

Bisiknya malam itu padaku sambil tersenyum. Aku mengangguk pelan, juga sambil tersenyum.

Iya.

Ada dua senyum yang muncul saat itu. Milikku dan miliknya. Tuluskah senyuman-senyuman itu?.

Entahlah...

Tapi, lihat!.

Dia datang hari ini. Seorang diri. Terlihat begitu gagah, seperti biasanya. Menghampiriku di pelaminan, lalu memelukku dengan erat.

"Selamat ya...",

Bisiknya pelan tepat di telinga kiriku. Lagi-lagi tersenyum lalu pergi. Kali ini untuk selamanya.

Aku hanya bisa diam..

Menatap punggungnya yang perlahan menghilang di keramaian tamu-tamu undangan lainnya.

"you are still the one",


Sunday, September 08, 2013

Menulis

"a writer writes. If you want to be a writer, write."

Saya bukan penulis,

Belum jadi penulis, mungkin tepatnya.

Saya juga bukan mau jadi penulis,

Belum mau jadi penulis, mungkin lebih tepatnya.

Saya penikmat kegiatan memilih dan mengulik kata-kata menjadi kalimat hingga pada akhirnya nanti membentuk paragraf lalu tercipta sebuah cerita.

Saya cuma seseorang yang suka dan sedang belajar menulis.

Itu saja...

Untuk saat ini.