Thursday, February 27, 2014

Tidak Selalu Harus

Dari awal melihatnya...

Aku sudah tau. Aku jatuh cinta kepadanya. 

Mungkin tidak ada satupun dari kalian yang percaya cinta pada pandangan pertama. Itu hak kalian. Tapi aku adalah pengecualian.

Aku percaya...

Karena aku sedang mengalaminya.

Padahal,

Dia tidak sempurna. Bentuk tubuhnya sudah tidak lagi sempurna, ada beberapa guratan terlihat walau samar . Warna kulitnya juga sudah sedikit lusuh dimakan waktu. 

'diskon 50%'

Begitu keterangannya.

Hey kamu tas kulit biru tua yang sedang teronggok manis di salah satu sudut rak dalam sebuah pertokoan...

Sabar ya...

Kalau kita berjodoh, kamu akan kumiliki di pertemuan kita berikutnya. Tapi kalau tidak, mungkin mereka benar paling tidak dalam satu hal.

Cinta memang tidak selalu harus memiliki...

Sunday, February 23, 2014

Sehabis Hujan

Siapa yang tidak suka aromanya...

Entah dengan kalian. Tapi aku selalu suka aroma sehabis hujan. Tidak wangi memang, tapi mampu menyejukkan hati.

Sore ini...

Hujan baru saja berhenti.

Duduk di teras atas sudah paling tepat untuk dilakukan.

Untuk apa?

Terserah kalian. Kali ini aku hanya mau merenung.

Semoga aku dan Dia sedang ada di satu ruang frekuensi yang sama.

Tuhan...

Aku hanya meminta, jauhkan aku dari semua penyakit hati. Itu saja. Untuk saat ini.

Hhhmmm...

Coba deh. Rasakan. Aroma sehabis hujan yang tidak pernah tidak bisa menjadi tangan kananmu saat kamu hanya ingin diam dan merenung.

Hhhmmm...

Friday, February 21, 2014

Biru

Kamu tidak perlu menjadi sempurna, karena satu-satunya kesempurnaan sudah ada yang punya.

Baik,

Itu saja sudah lebih dari cukup.

Bila Biru...

Akan kutitipkan huruf 'Z', satu nama yang didalamnya tersisipkan bisikan doa dan harapan yang baik. Tidak tinggi, cukup sampai di baik saja.

Semoga kamu,

Bisa menjadi Biru yang baik tutur kata juga laku dan imannya. Luas namun selalu tetap rendah hatinya. Lancar rezeki juga bahagia dunia dan akhiratnya.

Bisa menjadi Biru yang melindungi dan menghargai setiap hawa yang ada di sekelilingnya. Ibunya; saudara perempuannya; anak perempuannya; istrinya juga rekan serta kawan sejawatnya.

Kamu akan melakukan kesalahan...

Satu atau dua, mungkin berkali-kali. Baik besar atau kecil. Disengaja atau tidak.

Tidak apa-apa,

Karena dari setiap satu kesalahan, kamu paling tidak, akan mendapatkan satu pelajaran yang berharga di hidupmu. Pelajaran hati yang hanya kamu sendiri yang akan mengerti. Hingga akhirnya nanti, tidak akan ada lagi kesalahan yang sama akan kamu ulang lagi.

Mengerti kan maksudku?

Tidak berat, jangan khawatir. Akan selalu ada yang melindungi; mengingatkan; mengajarkan kamu dengam caraNya sendiri.

Aku juga akan ada disampingmu, selama kesempatan itu masih diberikan untukku.

Jadilah Biru yang baik nak...

Untuk semua yang ada disekelilingmu; untuk negaramu; agamamu; Tuhanmu dan tentu saja untuk dirimu sendiri.

Salam sayang...

Thursday, February 20, 2014

Dimana Susahnya?

Being humble...

Rendah hati maksud Saya. Bukan rendah diri loh ya, tapi rendaaah hatiii.

Alias ga sombong.

Menyombongkan kekayaan materi atau kesuksesan karir. Mengelu-elukan kesempurnaan fisik pasangan atau fisik buah hati sendiri. Mengumbar kepintaran diri melalui tutur kata yang menusuk hati.

Apa lagi?

Banyak.

Kadang lelah menjadi saksi hidup keangkuhan-keangkuhan itu. Bukan berarti Saya ngerasa kalau Saya sempurna. Umpfh...masih jauuuh.

Tapi setidaknya, Saya tau. Saya sadar, kalau Saya ga punya apa-apa. Bahkan jiwa Saya juga ada pemiliknya.

Saya lagi ga menyindir siapapun...

Ini hanya opini Saya.

Semakin sini, terasa tidak?. Manusia semakin angkuh, semakin congkak, semakin besar kepala dan rakus.

Bahkan rakusnya melebihi rakusnya burung pemakan bangkai.

Bumi dan isinya...

Perlahan tapi pasti dibabat habis. Dikeruk sampai sedalam-dalamnya. Setelah habis, ditinggalkan begitu saja tanpa diperbaharui kembali.

Manusia...

Tertawa keras ketika uang ada ditangan. Tersenyum bangga ketika benda bermerk terkini terpasang di raga. Mengangkat dagu tinggi ketika harta dan tahta telah digenggam.

Saya malu...

Bukan kepada mereka.

Tapi kepada Sang Empunya semesta jagat raya ini.

Wednesday, February 05, 2014

Di Satu Sore

Cukup segelas coklat hangat,

Tanpa perlu tambahan gula; es krim vanila; atau apalah toping lainnya yang biasa dipakai para peracik minuman kopi dan coklat di restoran.

Coklat bubuk...

Diseduh air panas, harus panas bukan hangat apalagi suam-suam kuku.

Pahit,

Namun menyejukkan hati yang sedang dilanda resah. Hati siapa?. Siapapun. Kali ini, hatiku.

Aku suka sore hari menjelang senja.

Suasananya mampu membuatku merasa nyaman. Kadang, saking nyamannya aku bisa merasa sedang kembali ke masa lalu atau meloncat jauh membayangkan masa depan.

Tapi tidak kali ini.

Sore ini aku cukup hanya memikirkan masa kini. Saat aku sedang bernafas dan mengedipkan kelopak mataku.

Iya...

Baru kali ini aku merisaukan masa kini.

Siapa aku. Apa mauku. Apa yang sedang kulakukan. Siapa yang ada disampingku. Apa yang sedang kutunggu.

Coklat hangat...

Untuk sementara, cukup. Untuk menenangkan kalbu dan melukiskan senyuman.

Aku tidak apa-apa...

Kita akan baik-baik saja. Jangan khawatir. Aku akan berusaha. Untukmu. Karena saat ini satu-satunya alasanku tetap berjuang adalah kamu.

Coklat hangat...

Aku harap kelak kamu juga akan menyukainya. Seperti aku.