Friday, March 09, 2012

A Fender Telecaster, A Cup Of Coffee Yet No Cigarettes

"Kita itu, seharusnya aku dan kamu kan? kalau hanya ada aku tanpa kamu, apa masih bisa disebut kita..."

Lucu, mungkin lebih tepatnya, aneh.

Garasi rumah yang kuubah fungsinya menjadi studio musik ini, harusnya selalu menjadi tempat yang menyenangkan di setiap sore. Tapi rasanya tidak di sore-sore belakangan ini, tetiba saja terasa begitu membosankan, seperti kali ini. Gitar; bass; drum dan keyboard yang teronggok terawat di tempatnya masing-masing pun, tidak lagi terlihat semenarik biasanya.

Kuhela nafasku panjang, ada apa ini, pasti ada sesuatu yang salah. Tidak mungkin kan, hasrat dan impianku dalam bermusik bisa tiba-tiba menghilang begitu saja.

"I need a coffee break", bisikku.

Sebelum keluar dari ruangan, kusempatkan meraih ponsel pintarku yang kutaruh diatas amplifier. Hmm belum ada satupun pesan singkat darimu seharian ini, kulirik jam di dinding, jarumnya sudah menunjuk angka lima. Aku tersenyum, miris.

Kubawa yellow vintage fender telecaster milikku, juga secangkir kopi panas yang baru saja kubuat, menuju kursi kayu di halaman belakang rumah. Ke tempat favoritku yang kedua. Kusandarkan punggungku di sandaran kursi, yep! gitar; kopi dan sebungkus rokok seharusnya sudah cukup untuk mendatangkan inspirasi.

Tiba-tiba aku sadar, kopi dan gitar memang sudah ada. Tapi rokoknya, tidak.

Aku diam. Seketika saja, pikiranku melayang kepada aku dan kamu. Kepada kita maksudku, itupun juga kalau saja memang ada 'Kita'.

Kau tau,

Kopi. Umpamakan kalau proses membuat kopi itu, adalah perjalanan hubungan kita selama ini. Yang selama ini membuat kopinya? hanya aku. Aku yang membeli kopinya; menyiapkan gulanya; memanaskan airnya lalu menyeduh dan mengaduknya.

Gitar. Gitar itu aku, hatiku lebih tepatnya. Sebisa mungkin nada yang kualunkan untukmu adalah nada yang indah dan tulus.

Kamu?. Anggap saja rokok itu adalah kamu dan hatimu, yang seharusnya juga ada disana, tapi tidak. Entah belum ada atau memang mungkin tidak akan pernah ada.

Gitar; kopi dan rokok adalah satu kesatuan, tidak ada salah satunya, tidak akan ada juga inspirasi. Tanpa inspirasi, bagaimana bisa tercipta sebuah lagu. Seperti kita, kalau hanya ada aku tanpa kamu, apalah artinya. Seperti kita, tanpa ada hatimu, hatiku apa gunanya.

Maka kutanyakan padamu sekali lagi,

"Kalau hanya ada aku tanpa kamu, apa masih bisa disebut kita..."

~I dedicated this one for my bestie, RP: this one for you, buddy...hope you'll like it. chin up!~ 

No comments: