Saturday, February 25, 2012

Jerman, seingatku

: Jumat malam, 19:15 wib di salah satu counter alat-alat olah raga.

"Beli yang manaaa ini?", gerutuku pelan.

Kubaca kembali pesan singkat dari Lulu yang isinya membuatku seketika sedikit banyak merasa kesal padanya. Bagaimana bisa dia menyuruhku, yang notabene sama sekali tidak mengerti sepakbola; futsal atau apapunlah itu namanya, untuk mencarikannya sebuah kaus tim hanya karena dia lupa, iya dia lupa! membelinya sendiri.

Kalau ini bukan untuk Bara, si lucu berusia tujuh tahun anak laki-laki semata wayangnya Lulu, sudah pasti akan kutolak mentah-mentah permintaan Lulu yang kunilai sangat tidak tau sopan santun itu.

"Yang lucu, yang lucu...isi kepala Lo itu yang lucu, udah tau Gue ga ngerti", gerutuku lagi.

Sungguh, super mudah rasanya kalau disuruh memilah mana sepatu; tas atau pernak-pernik yang lucu, hanya tinggal membuka mata lebar-lebar lalu tunjuk. Tapi, kalau harus mencari dan menjatuhkan pilihan mana kaos tim yang lucu, aku menyerah.

Kuputuskan mencari satu setel kaos tim yang setidaknya menurutku memiliki paduan warna yang enak dipandang.

Ya, ya, ya, tertawakan saja, tak apa, yang penting aku tidak pernah berpura-pura menyukai dan mengerti sepakbola hanya agar terlihat sedikit lebih menarik di mata laki-laki.

Putih, hitam, oranye! Jerman seingatku, maaf kalau aku salah.

Sekelibat satu setel kaos tim yang sedang kupegang ini membawaku kembali ke dua tahun yang lalu. Aku pernah membeli yang sama, tapi tentu saja dalam ukuran yang jauh berbeda, untuk hadiah juga sebagai penyemangat seseorang. Tetiba rasa ingin tau muncul di kepalaku, masih dipakainya kah pemberianku itu atau malah sudah ditaruh di laci terdalam lemari bajunya.

Aku tersenyum tipis.

"Pasti cocok juga buat Bara", bisikku.

No comments: