Monday, January 09, 2012

Hati Chita

3 tahun 6 bulan yang lalu, saat jam makan siang, di dalam pantry kantor yang sama,


"Gila Ta, Lo tuh gila. Lo denger apa Gue bilang tadi nggak Ta? catet nih ya, Lo tuh gila!", Lulu menunjuk"kan garpu'nya ke arah Chita yang sedang asyik melahap bekal makan siang'nya.

"Ga kasian-kasian apa Lo, sama hati Lo sendiri? for God's sake Chita, stop it!", lanjut Lulu lagi sambil mengaduk" salad tuna isi kotak makanan'nya, Chita pura" tidak mendengar ocehan sahabat'nya itu.

"Gue ngerti ya Ta, sifat Lo tuh kaya gimana...nggak enakan sama orang lain, makanya orang lain nggak nanggung - nanggung tiap manfaatin Lo", tutur Lulu seraya tertawa kecil menyadari kalo terkadang Dia juga suka memanfaatkan salah satu sifat Chita itu, Chita melirik Lulu sekilas lalu ikut tertawa kecil.

Chita menutup kotak makanan'nya, menepuk perut'nya sebagai tanda kekenyangan, meminum teh hangat nggak terlalu manis favorit'nya lalu menatap Lulu yang duduk dengan wajah sewot dihadapan'nya.

"Lulu, cereweeeeet....", canda Chita menjulurkan lidah ke arah Lulu diikuti tawa renyah khas'nya.

"Apa salah'nya saling menanyakan kabar, saling berbagi sedikit cerita hidup setelah sekian lama nggak pernah ketemu", Chita sedikit menghela nafas lalu tersenyum tipis ke arah Lulu.

Lulu menggaruk kepala'nya yang jelas - jelas tidak gatal, merebut telepon pintar Chita, lalu dibacakan'nya beberapa kalimat dengan cukup keras.

-Ta, apa kabar?-, Lulu tersenyum sinis membaca tulisan itu, mengangguk pelan, "Kalimat pertama ini masih wajar ya Ta".

-How's life Ta?-, Lulu lagi" tersenyum sinis, kali ini menggelengkan kepalanya pelan, "Oke ini juga masih cukup wajar, walau Gue yakin ini cuma basa yang basi".

-Ta, akhir bulan ini Aku nikah-, Lulu menahan tawa sinis'nya, lalu menghela nafas, "Apa kalimat ketiga ini wajar Ta?".

-Uhm, kalau nggak sibuk...dateng ya Ta-, Lulu tertawa terbahak-bahak lalu menatap Chita tajam, "This is insane Chita! nggak ada yang salah Lo bilang?".

Chita melahap potongan - potongan kecil pepaya yang diambil'nya dari kotak makanan Lulu lalu mencubit pelan pipi kanan Lulu kemudian menopang dagu'nya lalu tersenyum tipis kepada Lulu, Lulu mendengus pelan seraya menyandarkan punggung'nya di kursi.

"Ga cuma tentang ini Ta, ini tentang pesan - pesan singkat dari Dia sebelumnya juga. Gue yakin seyakin'nya pasti balasan yang Lo kirim ke Dia penuh dengan 'hahaha' dan emoticon senyum", Lulu menjatuhkan tatapan menuduh kepada Chita yang tertunduk.

"damn it Chita! u can lie to him, even to ur heart but not to me!, Gue ini saksi hidup perjalanan cinta ala BBB Lo sama Dia selama ini", Lulu dan Chita tertawa dalam waktu yang hampir bersamaan, Chita kembali terdiam.

Lulu menunjuk ke arah dimana jantung Chita terletak,

"Hati Lo itu Ta, kalo diumpamain...kondisinya tuh udah penuh ditutup lakban tau ga, saking sering'nya jatuh terhempas berkepingan, Lo pungut Lo lakbanin, terus dibanting lagi",

Chita sadar memang tidak mudah berpura" di depan Lulu.

"Stop Ta! berhenti, berhenti bersikap seakan Lo kuat. Berhenti menjejali hati Lo dengan sesak dan perih", giliran Lulu kali ini yang mencubit pelan kedua pipi Chita. "Cobalah sekali - kali egois Ta, ga apa - apa kok", tutup Lulu pelan.

Chita mengambil telepon pintar'nya dari tangan Lulu, mengigit kuku jari'nya sebentar, menghela nafas lalu mengetik sesuatu.

: Rian, selamat ya buat pernikahan Kamu dengan Nadia di Sabtu nanti. Aku bisa datang, tapi Aku rasa Aku nggak mau datang. Bukan karena kecewa, tapi karena selain Aku, nggak ada lagi yang bisa melindungi hati'Ku. So, congratz for the wedding :

tidak lama setelah tanda huruf D' berubah menjadi R', berkurang pula satu kontak di daftar kontak telepon pintar Chita.

No comments: