Thursday, January 12, 2012

Bukan Hari Kesukaan Chita

Hari ini di empat tahun enam bulan yang lalu,


Tengah malam menuju dini hari, di kursi besi beranda rumah Rian


"Lalu siapa nama'nya?", tanya Chita tersenyum tipis sambil menyandarkan punggung'nya di kursi. Rian menunduk'kan kepala'nya.

"Nama siapa Ta? nggak ada siapa - siapa kok", Rian mengelak seperti biasa'nya, seperti yang sudah - sudah terjadi. Chita tertawa kecil menatap Rian sekilas.

Mungkin terkadang Rian lupa kalo tujuh tahun bersama membuat Chita sangat mengenal'nya. Gerak - gerik sikap tubuh Rian saat sedang berbohong dan mata Rian yang berbinar ketika sedang jatuh cinta, bukan kepada Chita tapi orang lain.

"Aku belum siap kalo harus married Ta",Rian menggenggam tangan Chita yang menghela nafas'nya pelan sambil tersenyum penuh arti.

"I still have dreams to catch; i still wanna hang out with my pals; still wanna enjoying my hobbies, Aku ga bisa", ujar'nya lagi sambil menatap Chita.


Disaat Rian sedang sibuk mengucap kumpulan kata berbentuk alasan yang entah benar atau dusta, yang ada di pikiran Chita saat itu cuma satu. Bahwa tebakan Ayah; Ibu; Chika, adik'nya dan Lulu, sahabat'nya selalu benar.

Chita sudah membayangkan kata apa yang akan keluar dari mulut mereka -yang selama ini melihat apa yang tidak mau Chita lihat- ketika pulang nanti Chita bercerita: "Tuh, kaaan".

Lamunan Chita buyar ketika Rian tiba - tiba memeluk'nya.

"Look, we stick around", ujar Rian.
"Yup! dont worry, we just only wasted seven years", timpal Chita dalam hati.

"Kasian Kamu'nya, nunggu Aku kelamaan, Kamu kan perempuan", tutur Rian.
"Nah itu ngerti, tapi kok malah pergi", timpal Chita lagi dalam hati.

"Aku belum siap kalo harus nikah deket - deket ini", lanjut Rian.
"Dengan kata lain, Kamu mau nikah tapi nggak sama Aku", sambung Chita masih di dalam hati.

Rian mengecup ringan dahi Chita.

"Maafin Aku, Ta", bisik'nya pelan di telinga Chita.

hening...

ketika tangisan sekeras dan teriakan selantang apapun sudah tidak lagi mampu menggambarkan suasana hati Chita saat itu, maka hanya sebuah senyuman tipis yang mau tidak mau mengambil alih peran.

"Boleh nggak, Aku minta tujuh tahun'Ku yang kemarin kembali?", cuma kalimat itu yang bisa keluar dari mulut Chita.

"Boleh nggak?", tanya Chita lagi sambil menengadahkan tangan kanan'nya ke arah Rian sambil tersenyum.

hening...


6 Bulan kemudian,

Chita membaca nama calon mempelai di sebuah undangan pernikahan yang baru saja diterima'nya via pos.

'Rian Perwira Widayaguna & Nadia Swima Wijaya', 

.....

No comments: