Friday, June 01, 2012

*La Mochachocolata

Gitchi gitchi yaya dada...
Gitchi gitchi yaya here...
Mocha chocolata yaya...creole lady marmalade

Hanya itu sepenggal lirik lagu Lady Marmalade yang bisa tertangkap telinga ini. Selebihnya samar-samar saja, bahkan hampir tidak terdengar sama sekali. Kulihat sekelilingku. Sebagian besar pengunjung cafe ini datang berpasang-pasangan. Oh! kecuali seorang perempuan berambut ikal, berpakaian hitam yang duduk tidak jauh dariku. Aku rasa dia juga sama sepertiku. Sedang menunggu seseorang.

Kuberitahu satu rahasia. Kalau ini bukan tempat favorit dia yang sedang kutunggu, jangan pernah berharap bisa menemukanku disini.

Bukan,

Bukan karena aku mengkhawatirkan harga diriku sebagai gitaris sebuah band beraliran alternative rock akan jatuh, apabila tertangkap basah kamera media sedang mengunjungi kinda-way-too-sweet-for-a-guy cafe ini. Bukan juga karena kemungkinan gosip yang akan menyeruak hebat di media, jika aku tanpa sengaja terlihat sedang menikmati makan malam romantis di Sabtu malam dengan seseorang. Kekasih misalnya. Kekasihku.

Naaah...

Karena cafe ini tidak menyediakan soto betawi atau soto bandung kesukaanku. Disini hanya ada kue, kue dan kue, entahlah apa nama-namanya. Aku rasa mengingat jenis-jenis gitar sangat jauh lebih mudah. Satu-satunya yang kuhafal diluar kepalaku hanya mochachocolatacake. Kue favoritnya.

Kulirik jam tangan,

Baru setengah tujuh. Masih harus menunggu sekitar satu jam lagi. Semoga dia juga datang lebih cepat, biar setidaknya akan ada waktu lebih dari sekedar tiga jam, sebelum akhirnya aku harus kembali lagi ke ibu kota. Kembali menjalani rutinitas karir bermusikku.

Sambil menunggunya datang, mari kuceritakan sedikit tentang dia.

Pernah dengar kalau katanya dibelakang seorang laki-laki sukses itu ada seorang perempuan hebat?. Itu lah dia. Dia yang selalu ada disana, di jatuh bangunnya cerita hidupku. Dia yang tidak sekedar hanya bisa menjadi kekasih, tapi juga sahabat. Dia si satu-satunya yang tidak pernah ambil pusing akan kebiasaan burukku buang angin sembarangan. Dan masih banyak lagi. Aku yakin kalau kusebutkan semuanya disini, kalian akan menatap iri padaku. Iya. Dia sehebat itu. She is this kinda girl that make u wanna change into a better version of yourself.

Apa menurut kalian itu terdengar klise atau cengeng?. Kalau iya, itu artinya kalian belum menemukan apa yang sudah kutemukan. Oh atau mungkin, kalian hanya belum menyadarinya saja.

Iya. Aku rasa begitu.

Kulirik sebuah kotak kecil berwarna biru tua yang kutaruh di meja. Aku harap dia suka isinya. Sengaja kupilihkan yang memang sesuai dengan kepribadiannya. Sederhana.

Beep..

Beep..

Tanda ada sebuah pesan singkat masuk di ponselku. Pasti dari dia.  Mengeluhkan kemacetan lalu lintas kota Bandung yang menurutnya sudah tidak jauh beda dengan Jakarta. Memintaku untuk bersabar menunggunya yang pasti akan tiba sedikit lebih terlambat dari waktu yang dia janjikan.

...

"Prima, kamu dimana nak? ini tante. Anggi kecelakaan, tabrakan beruntun di jalan tol..."


*Title and inspiration from R. Primawidya. "Thanks for convincing me to put a different ending".

No comments: