Monday, March 05, 2012

Tanpa Pernah Lagi

Kulipat rapih kemeja; kaus oblong; kaus berkerah; jeans; celana panjang dan kaus kaki milikmu, kusiapkan juga peralatan mandimu dan beberapa obat-obatan yang mungkin saja kamu perlukan nanti disana. Tidak semuanya, sebagian yang menurutku sudah tidak layak dipakai biar ditinggal saja.

Kuatur sedemikian rupa, agar bisa muat di dalam travel bag hitammu.

Kulirik kamu yang sedang memunggungiku, sibuk memilah berkas-berkas penting yang juga akan kamu bawa pergi. Kutatap kamu lama, kuhela panjang nafasku, aku rasa kamu mendengarnya karena kamu tiba-tiba menoleh.

"Kenapa?", Tanyamu pelan, aku hanya menggelengkan kepalaku. Kamu, diam.

Aku diam-diam tersenyum tipis. Aku selalu tau dari dulu, kalau saat ini di entah kapan pada akhirnya pasti akan tiba. Saat dimana kamu akan pergi. Meninggalkanku.

Ternyata, hari ini.

Jingga sore berlalu, hanya sampai di stasiun kereta api saja kamu izinkan aku mengantarmu. Hiruk pikuk stasiun di Minggu malam membuatku bahkan tak mampu merangkai kata-kata perpisahan. Aku hanya mampu menatapmu lekat-lekat dalam diam.

"Aku pergi dulu", bisikmu pelan.

Iya, kamu pergi seperti biasanya, seperti yang sudah-sudah.

"Aku pasti pulang", bisikmu lagi.

Sebuah kecupan ringan mendarat di keningku, aku mengangguk sambil diam-diam tersenyum penuh arti. Kutatap kamu, mencoba menyimpan sosokmu; senyummu dan matamu baik-baik di dalam ruang ingatan. Kupeluk kamu erat-erat, seakan-akan aku sudah tau bahwa itu akan menjadi pelukan terakhirku untukmu..

Dan kamu pergi...tanpa pernah lagi sekalipun kembali, untukku. Untuk kita.

No comments: